QUICK JUMP: HOME CORAT-CORET MOTIVATION SELFPRENEURSHIP

Sunday, April 15, 2007

Korban SMS : Salah Bahasa, Runyam jadinya

Aku pernah ngomel ke temanku karena dia kalo SMS tuh panjang banget, kaya orang lagi ngomong. Aku bilang kenapa ga disingkat aja sih, point-pointnya aja gitu lho, jadi praktis.

Dia senyum-senyum aja. Lalu dia bilang kalo dia tuh concern banget sama bahasa karena menurut dia, bahasa lisan yang diucapkan dengan bahasa tertulis tuh beda banget. Bahasa lisan sangat dipengaruhi oleh nada pengucapannya. Kalimat yang sama kalo diucapkan dengan nada yang berbeda akan dipersepsikan secara berbeda pula. Nah apalagi SMS, kalo ga ati-ati, orang yang membacanya bisa-bisa salah tangkap.

Sekarang aku baru nyadar kalo omongan dia itu ada benarnya. Kemarin temanku yang lain, Agus, curhat kalo dia baru aja berantem dengan adik perempuannya. Gara-garanya sang Mama salah menerjemahkan isi SMS. Temanku ini tinggal di daerah Kebun Jeruk bersama adik perempuannya yang bernama Yanti.

Ceritanya dimulai waktu Agus tiba-tiba di-“semprot” lewat SMS oleh Mamanya yang ada di Magelang. Teman saya satu ini wong jowo, jadi kalo SMS-an dengan keluarganya ya campur-campur bahasa jawa. Jadi tambah semrawut deh.

Singkat cerita, tanpa ba bi bu, Mamanya marah-marah :
“Gus, kamu mbok ya prihatin sedikit, wong lagi susah gini kok kamu mangane rewel, ngrepotin Yanti wae.”
( Gus, kamu prihatin sedikit gitu lho, sedang susah begini kok kamu makannya rewel, merepotkan Yanti saja )

Agus yang lagi bengong menjawab :
“Maksudnya makannya rewel piye tho Ma?”
( Maksudnya makannya rewel gimanasih Ma? )

“Lha itu Yanti ngomong katanya kamu kalau makan cuma mau nasi gandul.”
( Lha itu Yanti bilang katanya kamu kalau makan cuma mau nasi gandul )

Sekedar catatan, nasi gandul yang dimaksud adalah makanan khas kota Pati-Jawa Tengah yang memang yummy. Disuguhkan pake piring kecil dan dialasi daun pisang, nasi gandul ini isinya nasi dengan lauknya potongan-potongan kecil daging sapi yang empuk dan kuah cairnya berwarna kecoklatan. Porsinya cuma secuil ( buat aku sih ), jadi biasanya kalo makan ya bisa sampe 2-3 porsi. Hehe..wah, kok jadi ngelantur ngomongin makanan. Ok, kembali ke Laptop.

Si Agus begitu mendapat SMS seperti itu, sontak langsung berang dan mendatangi Yanti. Dia mulai berpikir kalo adiknya ingin mengadu domba dirinya dengan sang Mama. Jelas sang adik ikutan marah karena dituduh seperti itu. Jangankan menfitnah, lha wong di Jakarta yang jual nasi gandul dimana aja dia ga tau kok.

Usut punya usut, akhirnya Yanti sadar bahwa sang Mama salah mengartikan SMS darinya. Setengah ga percaya, Agus masih berusaha menginterogasi adiknya,

”Emangnya kamu cerita apa ke Mama?”

“Nih ya, Yanti ceritain. Kemarin Mama memang SMS nanya kenapa kok Yanti belum makan padahal sudah lewat jam makan.”

“Trus kamu jawab apa?”

“Yanti jawab, iyo Ma Yanti repot soale kak Agus kan kalo makan nasi gandul.”

Catatan: Dalam bahasa jawa lisan, seharusnya “gandul” diucapkan “nggandul” yang artinya “bergantung”. Tapi Yanti menghilangkan “ng” didepannya.

Jadi sebenarnya si Yanti tuh mau bilang :

“Iya Ma Yanti repot soalnya kak Agus kan kalo makan nasi, bergantung ( ke Yanti ).”

Ga ada yang salah kalau nulisnya seperti itu, karena memang di rumah itu Yanti yang bertanggung jawab menyiapkan makanan. Jadi runyam ketika dibaca Mamanya, dikira si Agus rewel kalo makan maunya cuma nasi gandul. Hahahaha…. andai saja “ng” didepannya ga dihilangkan. Atau andai saja antara kata “nasi” dan “gandul” dikasih nada sela. Tapi ya ga mungkin, namanya juga tulisan gimana mau ngasih nada sela.

Itulah makanya ati-ati kalo nulis SMS tuh, musti dibedain dengan kalo kita lagi ngomong sama orang. Sekarang terbukti khan, gara-gara SMS sepele, seluruh “dunia persilatan” jadi geger.

( Offline dulu aah.., jadi laper ngomongin nasi gandul )


Written by : Handoko